M. Rizky Febriawan: Cerita tragis pernikahan miliaran rupiah batal pada hari H

Cerita tragis pernikahan miliaran rupiah batal pada hari H

Cerita tragis pernikahan miliaran rupiah batal pada hari H
Ilustrasi pernikahan. ©2014 Merdeka.com/Shutterstock/AEKKORN

Merdeka.com - Kisah tragis kandasnya pernikahan bisa terjadi pada siapa saja, tanpa mengenal status sosial. Bahkan, banyak yang berpandangan rencana pernikahan kalangan jetset justru paling rawan gagal karena berkaitan dengan harta, gengsi dan tetek bengek lainnya.

Seperti yang terjadi pada pernikahan antara seorang keturunan bangsawan dan sosialita Jakarta2012 silam. Tragisnya, pernikahan batal pada hari H, 1 September 2012, saat para tamu undangan sudah memenuhi ballroom hotel termahal di Jakarta itu.

Musik, dekorasi, dan hidangan makanan juga sudah tersedia sebagaimana pernikahan pada mestiya.

"Tapi sayangnya kami tidak melihat calon mempelai wanita dan keluarganya," kata Y, tamu undangan yang hadir pada malam minggu itu kepada merdeka.com, Minggu (22/3). Y adalah kawan dekat AT, calon mempelai wanita.

Sejam menunggu, kata Y, para tamu undangan baru mendapat kejelasan setelah MC menyampaikan pengumuman penting.

"Tanpa mengurangi rasa hormat kami atas nama keluarga mempelai mengucapkan terima kasih atas kehadiran tamu undangan. Namun kami mohon maaf acara pernikahan hari ini tidak jadi dilaksanakan. Kepada para tamu undangan tetap masih bisa menikmati acara dan panganan hingga akhir acara," kata Y menirukan kata-kata MC.

Selanjutnya, kata Y, calon mempelai pria juga menyampaikan hal yang sama kepada para tamu undangan, tanpa menyebutkan alasan kandasnya pernikahan mereka.

"Yang jelas kita tamu undangan pada kaget dan seingatku itu jadi trending topic of the week," kata Y menambahkan tamu undangan juga diisi oleh para tokoh, pejabat dan pengusaha terkenal.

Meski si calon mempelai pria tak mengungkapkan alasan bubarnya pernikahan mereka, Y mendapat informasi tentang penyebab rusaknya pesta miliaran rupiah itu.

Y mengungkapkan, pernikahan batal karena perbedaan pandangan keluarga soal pendanaan pernikahan. Bagi pihak wanita, seharusnya pria menanggung semua urusan nikah. Sedangkan menurut pihak pria, ada beberapa hal yang seharusnya ditanggung bersama.

"Ada insiden yang kudengar katanya waktu urusan baju pengantin dan keluarga mempelai," ujar Y.
Setelah hampir 3 tahun berlalu, sepengetahuan Y, dua sejoli yang gagal dipersatukan itu kini juga masih menjomblo.
"Yang pria tinggal di AS, dan si wanita masih beredar di pergaulan sosialita Jakarta," ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © M. Rizky Febriawan Urang-kurai