M. Rizky Febriawan: Harga Minyak dan Rupiah Pengaruhi Laju IHSG

Harga Minyak dan Rupiah Pengaruhi Laju IHSG

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi masih terus melemah pada perdagangan saham Selasa pekan ini. Nilai tukar rupiah terhadap dolar menjadi sentimennya.
Analis PT MNC Securities, Reza Nugraha mengatakan, terdapat sejumlah sentimen yang menjadi penekan indeks saham. Salah satu adalah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
"Rupiah terhadap dolar (kemarin) menyentuh psikologis Rp 12.600 hampir Rp 12.700 indikasinya berisiko, kurang menguntungkan bagi pemerintah," kata dia kepada Liputan6.com, Jakarta, Selasa (16/12/2014).
Faktor utama lain yang menjadi penekan indeks saham adalah jatuhnya harga minyak. Dia bilang, harga minyak diprediksi terus melemah mengikuti perlambatan ekonomi China.
"China pertumbuhan ekonominya tak terlalu tinggi sehingga kebutuhan minyak tidak besar," lanjutnya.
Pelemahan harga minyak seharusnya menjadi keuntungan bagi Indonesia. Namun, hal itu tidak terjadi karena pemerintah telanjur menaikan harga bahan bakar minyak (BBM).Dengan kondisi tersebut, yang terjadi daya beli masyarakat kemudian turun.
"Minyak terus turun, di negara lain menguntungkan masyarakat buat daya beli sektor konsumsi, namun tidak terjadi di kita. Akhirnya saat ini kondisi meningkat, daya beli menurun, mengkhawatirkan tepatnya di situ. Kalau kita lihat pemerintah harus lebih lugas menaikKan dan menurunkan," ujar Reza.
Dia mengatakan, IHSG akan bergerak pada level support 5.060 sedangkan level resistance pada level 5.150.
Untuk rekomendasi saham, dia memilih beli saat melemah atau buy on weakness pada PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
Dalam riset PT Sinarmas Sekuritas menyebutkan, IHSG akan melemah di kisaran level 5.084-5.124. Rilis data ekonomi global terutama dari Amerika Serikat dan Eropa akan pengaruhi laju IHSG.
"Data industri production Amerika Serikat yang diperkirakan ke 0,56 persen MoM dari sebelumnya -0,1 persen MoM. Sedangkan dari Eropa akan merilis data markit manufacturing PMI-flash yang diperkirakan ke level 49,69 dari sebelumnya 50,1" tulis riset PT Sinarmas Sekuritas. (Amd/Ahm)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © M. Rizky Febriawan Urang-kurai